Kamis, 03 November 2011

[One-Shot] Only For My Bride (SiFany)


Genre : One-shot, Romance
Word Counts : 1,945
Rating : PG-15
Note : Hi Again!!! Haa. Sepertinya ada banyak ff yang aku publish hari ini. Kebetulan ini juga adalah salah satu request dari salah satu dongsaeng. hhhee. It is SiFany’s time. Maklum ya kalau jalan ceritanya terlalu pasaran, cz aku sendiri terkadang agak sedikit sulit mencari inspirasi kalau bukan YoonHae yang jadi castnya. hhhaa.
Happy Reading All!!
Only For My Bride
Siwon x Tiffany
“Kau tahu Oppa? Disana hanya ada kemarahan, setiap kali aku mengingatmu. Aku memang masih ingin tetap disampingmu, tapi aku sangat lelah dengan sikapmu yang sekalipun tak pernah menghargaiku. Aku bahkan tidak tahu, apakah rasa dari semua kegelisahan ini masih rasa cinta atau semuanya hanya sekedar kekeliruan belaka.” Tiffany pun kembali terhenyak, dihelanya nafas yang dihembuskan berat berkali-kali.
Ia pun bangkit dari jongkoknya, dirapikannya segera celana legging yang saat itu tengah dikenakan. Berdiri Ia sejenak di dekat pohon yang baru terkena sinar matahari yang sangat penting untuk pertumbuhan. “Lihat saja, kelak aku tak mau lagi bicara denganmu.” Gerutunya kesal. Kakinya pun segera dilangkahkan pelan sambil menundukkan kepala, menghindari terik sang mentari yang menyilaukan mata.
Bersandar Ia di bangku panjang taman belakang gereja, sudah hampir satu minggu berlalu sejak Ia kabur dan bersembunyi di asrama lalu tinggal bersama para biarawati yang sudah hidup bertahun-tahun disana. Tampak seorang biarawati yang begitu ramah tengah melemparkan senyum simpul untuk menyapa, Ia pun tanpa segan membalas senyuman itu dengan raut wajah yang sedikit dipaksakan. Raut wajah itu pun sirna seketika saat biarawati itu hanya menampakkan punggungnya saja.
“Kuharap tak seorang pun yang menemukanku disini.” Batinnya lagi lalu kembali terdiam sambil menatap cerahnya langit biru dikelilingi awan putih dan tampak layang-layang yang terbang melayang-layang terbawa angin.
◙○◙
“Apa kalian sudah menemukannya?” Tanya Siwon harap-harap cemas menunggu jawaban dari para pesuruhnya.
Para pria yang mengenakan jas serba hitam persis seperti anggota institut keamanan nasional, segera menggelengkan kepala dan tak berani sedikit pun untuk mengangkat wajah melihat ke arah Tuannya yang masih ditutupi topeng kemurkaan.
“Belum!!! Bagaimana mungkin kalian belum menemukannya, sudah satu minggu ini melakukan pencarian tapi masih belum ada hasilnya. Apa sebenarnya yang kalian kerjakan?” Bentak Siwon lagi dengan nada tinggi.
Orang-orang itu berkedik lalu menyahut dengan gagap. “Maafkan kami!!!”
“Tuan!! Tuan!!” Beberapa gerombolan berlari masuk ke ruangannya untuk memberitahukan hal penting, “Posisi Nona Hwang Mi-Young sudah diketahui.” Lapor  mereka.
“Dimana?? Dimana dia?” Siwon menyambut dengan senang dan tak sabaran.
“Dia di asrama biarawati Namwon.”
“Ayo kita kesana!!” Siwon lekas memasang jas yang tergantung di kursi. Rasa rindunya sudah tak tertahan lagi untuk bertemu sang calon mempelai wanita yang telah melarikan diri.
Ia bersama dengan para anak buahnya serempak berlarian keluar dari rumahnya yang megah nan mewah seperti istana. Mereka bergegas memasuki mobil yang langsung melaju melintasi licinnya aspal jalanan, menerbangkan dedaunan kering yang berjatuhan dari pepohonan besar yang diberi pagar kayu pembatas.
◙○◙
Jari jemarinya disilangkan, lututnya ditekuk dan kedua matanya pun dipejamkan. Tampak lilin-lilin kecil yang menyala dengan indah menerangi tempat sembahyang. Langit gelap di luar sana pun tampak bercahaya karena sinar sang rembulan.
Suara angin berbisik di telinganya, Ia bisa merasakan gerasah-gerusuh kehadiran seseorang yang perlahan membuka pintu gereja. Kaki yang melangkah pelan pun terdengar jelas semakin mendekat. Ia segera berbalik untuk mengetahui sosok manusia yang datang tiba-tiba untuk kembali memohon padanya.
“Siwon Oppa!” Sambutnya segera lalu bangkit dari berlututnya. “Kau menemukanku!” sambung Tiffany dengan nada bercanda seperti tak terjadi apa-apa.
“Tidakkah kau tahu bahwa aku sangat cemas akan keadaanmu.” Ungkap Siwon segera, kekhawatiran terlukis di wajahnya. “Berdoa apa kau pada Tuhan?” Tanyanya lagi yang tampak canggung setelah beberapa hari tak bertemu.
Tiffany sejenak mengarahkan kepalanya untuk menoleh ke belakang melihat palang salib. “Aku hanya meminta petunjuk darinya.” Sahutnya dingin lalu kembali memalingkan penglihatannya untuk menatap ke dalam mata Siwon. “Aku tidak tahu, kenapa aku selalu menyertakan Oppa di setiap doa tulusku pada Tuhan. Aku ingin sekali bisa terlepas darimu dan memulai kehidupan baru lagi tanpa harus terperangkap terus menerus di dalam penjara cintamu. Sama seperti manusia lainnya, aku tak pernah punya kuasa. Karena cinta yang bersarang ini, terus tumbuh seiring usahaku untuk melupakanmu. Aku pun berdoa pada Tuhan, kalau memang Oppa yang Tuhan pilihkan untukku, aku ingin tanpa aku meminta kau akan datang sendiri padaku.” Gadis itu terus berpanjang lebar. “Dan sekarang sepertinya doa-doa itu didengar oleh Tuhan.” Ia pun lekas tersenyum dengan manisnya.
Siwon hanya terdiam, bibirnya terasa kaku dan mulutnya pun bungkam seperti ada sesuatu yang coba memotong pita suaranya untuk mengeluarkan bunyi. Ia tak tahu harus seperti apa menanggapi tiap kalimat yang terucap dari gadis itu. Beberapa kali matanya dikedipkan, terhenyak barang sebentar.
◙○◙
One Week Ago
Undangan telah disebar, para tamu pun berdatangan. Mereka melangkah dengan dihiasi senyum saat memasuki gereja dimana akad nikah akan digelar dan tempat dimana resepsi pernikahan akan diselenggarakan.
Gadis itu pun tampil begitu cantik mengenakan gaun pengantin, bak permaisuri dari kerajaan berpadu dengan dewi dari kayangan dan terus menjadi sorotan. Kerudung panjang terbentang di atas rambutnya yang terurai, buket bunga pun sudah berada di genggaman.
“Apa kau sangat bahagia?” Seorang wanita paruh baya datang untuk menemuinya. Rambutnya digelung rapi dan diberi jepitan agar tak berantakan.
“Ye, Eomma.” Sambut Tiffany bahagia melihat sang calon mertua menyempatkan diri untuk menjenguknya.
“Tapi, dimana Siwon? Apa dia sudah siap??”
“Entahlah!! Aku masih belum melihat batang hidungnya sampai detik ini.” Tiffany coba menutupi kekalutan yang menggundah gulanakan hati. Lagi, Ia coba tersenyum dengan melengkungkan bibir namun hal itu sungguh sulit untuk dilakukan. Cemberut pun berhasil mengambil alih dengan menjadi mimik di wajahnya.
“Sudah! Tak perlu cemas, Siwon pasti menepati janjinya.” Sang Ibu mertua menenangkan sambil mengusap pundak Tiffany dengan hangat dan penuh kelembutan.
“Dia selalu berkata seperti itu, tapi tak satu pun dari semua janjinya terpenuhi. Bahkan jari-jariku pun sudah tak cukup untuk menghitung berapa kali dia ingkar.” Batin Tiffany bergumam.
Sejenak kedua orang itu pun saling melempar senyum untuk menghidupkan suasana yang sedikit tegang. Tiffany tampak begitu gugup karena sebentar lagi akan melepas masa lajangnya.
◙○◙
Akad nikah pun dimulai, para tamu undangan pun duduk dengan tenang di bangku panjang. Sejenak mereka lupakan semua hal yang akan mengganggu jalannya acara, handphone pun dimatikan.
Tuts piano ditekan, dentingan bunyinya yang merdu dan selaras pun diperdengarkan untuk mengiring tiap langkah sang mempelai wanita menuju altar. Tiga orang gadis kecil yang tampak seperti peri pun siap memimpin di depan dengan menenteng keranjang bunga untuk ditaburkan.
Tapi Tiffany masih belum beranjak dari berdirinya di depan pintu gereja, Ia gelisah karena sang calon pria yang tak kunjung datang di saat paling penting dalam hidupnya. Orang-orang pun lekas menengok ke belakang untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Siwon masih belum datang!” Bisik Eunjung, saudara sepupunya.
Tiffany pun mendengus, tapi Ia tidak terkejut seperti sudah tahu hal itu akan terjadi.
“Jangan cemas, sebentar lagi dia pasti datang. Mungkin sekarang dia masih dalam perjalanan menuju ke sini.” Eunjung dengan nada pelan terus mencoba semampunya agar Tiffany tidak panik.
“Hhuh!!” Tiffany tak berhentinya mendengus.
Tampak Siwon yang keluar dari mobil, mengenakan tuxedo pernikahan berwarna putih dan masih dengan handphone menempel di telinga. Ia berjalan pelan seperti tak terjadi apapun, para pesuruhnya seperti biasa mengikuti dari belakang.
“Oh, baiklah! Secepatnya setelah ini, aku akan segera terbang ke Paris untuk mengurus semuanya. Jadi katakan pada semua pekerja agar tak perlu khawatir, kau paham?” Sambungan jarak jauhnya pun diakhiri, lalu tersenyum dengan lugunya ke arah Tiffany yang masih setia menanti kedatangannya di dekat daun pintu gereja. Ia masih saja memasang tampang santai, meskipun didapatinya Tiffany tengah merengut karena ulahnya.
“Jagiya!! Kau sudah siap untuk menikah denganku?” Siwon masih sempat bercanda.
Beberapa pasang mata pun lekas melihat ke arahnya, musik yang tadi sempat berhenti kembali dimainkan.
“Ah, anak itu. Benar-benar sangat keterlaluan.” Nyonya Choi yang duduk di barisan depan hanya bisa menggelengkan kepala. “Lihat apa yang anakmu itu telah lakukan? Karena terlau sibuk mengurusi perusahaanmu, acara pernikahannya hampir saja batal.” Ia langsung menyalahkan sang suami yang tengah duduk disampingnya.
“Sudahlah, jangan dibahas lagi. Bukankah sekarang Siwon sudah datang.” Tuan Choi tak mau berdebat.
“Aish, tapi tetap saja sekarang anakmu itu seperti tidak ada waktu lagi untuk kehidupan pribadinya.” Nyonya Choi lalu menggelengkan kepala lirih.
“Aku tahu, aku tahu. Nanti aku akan menasehatinya.” Akhir Tuan Choi, mengalah demi kebaikan, lalu tangannya pun dilipat dan matanya kembali menghadap fokus ke depan altar.
Sementara itu wajah Tiffany masih diselimuti keangkaramurkaan, bunga di tangan pun diremas-remasnya sekuat tenaga untuk melampiaskan kegeraman. Urat-urat sarafnya hampir putus karena kesal, kepalanya pun mendidih dan seperti tengah mengeluarkan asap karena api amarah yang terus memanas. “Kita tidak jadi menikah saja. Sudah habis sabarku untuk menghadapi sikapmu itu, Oppa.” Ia masih berusaha mengontrol nada bicaranya agar terdengar tenang. “Aku pergi! Sebaiknya kau cari saja gadis lain yang bisa kau jadikan bonekamu.” Akhir Ia seraya memberika bunga di tangannya tadi kepada Siwon.
Gaun pengantinnya yang panjang lekas disingsing-nya, Ia pun melenggang dengan penuh kepastian menjauh dari gereja. Siwon beberapa kali coba mencegah tapi gadis itu tak menghiraukan. Tiffany tetap teguh pada pendirian untuk mengakhiri saja kisah cintanya dengan laki-laki itu.
◙○◙
Selalu dan selalu seperti ini, seperti gadis yang tak dianggap, Siwon memperlakukan Tiffany sesuka hatinya. Gadis itu masih mengenakan gaun pengantinnya, duduk di dalam bis yang tak tahu entah kemana menujunya. Dilepaskannya kerudung panjang yang tadi menghiasi kepala, bersandarlah kepalanya di jendela. Beberapa orang pun sempat memusatkan perhatian mereka untuk melihat ke arahnya.
Sejenak kenangan pahit di masa lalu pun membayang-bayanginya. Ia mengingat kencan pertamanya yang gagal dan akhirnya Ia harus pulang dengan basah kuyup karena diguyur hujan. Pernah juga mereka menonton di bioskop, tapi Siwon tak pernah sekalipun merautkan wajah seriusnya pada setiap adegan yang diputar. Ia lebih sibuk dengan sambungan jarak jauh dengan rekan bisnisnya.
Saat Tiffany masuk rumah sakit pun, Siwon hanya sekali menyempatkan diri untuk menjenguk. Kekecewaan terus yang didapatkan dan tergambar jelas dari raut wajah gadis itu. Senyumnya pun sudah tak bisa lagi secerah dulu karena perlakuan laki-laki itu padanya.
Flashback End
“Apa sekarang kau sudah menyesal, Oppa? Bagaimana rasanya setelah satu minggu ini tidak melihatku?” Raut wajah Tiffany berubah dingin.
Keduanya pun masih saling menatap di dalam gereja yang hening. Siwon lekas memeluk erat tubuh gadis itu, “Maafkan aku! Maaf, maaf dan maaf. Aku tidak pernah sadar betapa berartinya kau dalam hidupku. Maafkan karena selalu membuatmu kecewa akan sikapku.” Bisiknya. “Bagaimana kalau sekarang saja kita menikahnya?” Ajaknya.
“Ne!!” Tiffany begitu terkejut.
“Kebetulan, sekarang kita sedang berada di gereja. Kita hanya butuh Pastur untuk menikahkan kita juga beberapa saksi.”
Tiffany mengangkat sebelah alisnya.
◙○◙
Dengan mengenakan pakaian seadanya, Tiffany dengan gaun merah tanpa lengan sepanjang lutut dan Siwon dengan setelah jas warna coklatnya. Mereka pun menyelenggarakan akad pernikahan sederhana yang dihadiri oleh beberapa pengawal juga biarawati di sana.
Tampak keduanya saling melempar senyum saat sang pastur mulai berkomat-kamit dengan kata-katanya.
“Hwang Mi-Young! Apa kau bersedia menerima Siwon sebagai suamimu dan mencintainya dalam keadaan suka maupun duka?” Tanya sang Pastur.
“Ne! Aku bersedia.”
Siwon dan Tiffany pun saling berhadapan, senyum mereka yang sumringah terus menghiasi wajah. Siwon pun lekas mencium gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu. Orang-orang pun ikut bersuka cita dengan bertepuk tangan menambah kemeriahan.
Terdengar lagi suara handphone yang berdering dari saku jas, membuat mereka terhenti seketika. Siwon lekas meraih handphonenya itu, raut wajah Tiffany pun kembali cemberut. Laki-laki itu segera mengambil tindakang dengan melepas baterai handphone-nya lalu melengkungkan bibirnya untuk menenangkan sang istri. “Hanya untukmu pengantin-ku, aku tidak akan menjawab telepon dulu beberapa hari ini.” Ucapnya dengan manis.
Tiffany segera menyunggingkan bibirnya kemudian tertawa kecil. “Aku pikir, Oppa akan merusak acara pernikahan ini lagi.”
“Tentu saja tidak. Sekarang ayo kita bersenang-senang.” Siwon dengan kekuatannya segera mengangkat tubuh gadis itu lalu beranjak dari gereja.
Sekejap mereka sudah berlarian dengan berpegangan tangan dan bertelanjang kaki di atas pasir putih pantai phuket, Thailand. Jari-jari mereka pun menyentuh pasir yang hangat di bawah terik matahari.
“Woah!! Sudah lama aku ingin pergi ke sini!” Ungkap Tiffany gembira sambil melangkahkan kakiya di antara ombak yang datang bergilir.
Siwon hanya bisa membalas dengan senyuman simpul karena menurutnya kebahagiaan terbesar adalah bisa bersama dengan seseorang yang benar-benar dicintainya, bukan proyek-proyek yang bernilai ratusan juta itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar